ONE HOME, A THOUSAND FACES

“We are from different places, but we have to realize that we are in a home. We are in one way. We are candidates of diocesan priest. We are in one seminary: Mayor Seminary of St. Michael Penfui Kupang”. This is message from the creative program of Bonet group. As a group of family party, it takes part in Creative Program Competition in September, 15th, 2011. All aspects of its program were very good. When it was showed, the audiences were very happy. They laughed and clapped their hand as a good appreciation for this program. They were happy, not only because the model of this program but its message. Its message is very clear and suitable with the theme of twentieth Family party. By some reasons above, Bonet group is the winner for this competition. The first runner up is Gawi group and the second is Jai group. Congratulation to you, Bonet group, you are the best. For another group, I motivate you to the best in another competition. Prepare your selves now. (Kapten A)

Tahbisan Imam di Katedral Kupang

Katedral MN, Rabu 14/09/2011. Sebanyak 24 Diakon ditabhiskan menjadi imam oleh Mgr. Antonio Guido Filipazzi dan Mgr. Petrus Turang, Pr dalam perayaan Ekaristi pentabhisan imam baru di gereja Katedral Kristus Raja Kupang.
Adapun ke 24 Diakon yang ditahbiskan menjadi imam, sebanyak 11 Diakon tamatan Seminari Tinggi St. Mikhael asal Keuskupan Agung Kupang, Misionaris Carmelit satu orang, Misionaris Claretian delapan orang dan Misionaris Serikat Sabda Allah sebanyak empat orang imam.
Dalam khotbahnya Mgr. Antonio secara tegas menyatakan bahwa menjadi imam adalah anugerah Tuhan dan imamat harus dijaga lewat perbuatan dan perkataan atau kesaksian hidup, terutama menjadi imam adalah tidak berpikir dan berbuat yang ganjil. Seperti, membangun relasi dengan rekan bisnis ataupun menjadi seorang politikus. Hal itu sangat tidak diharapkan ketika menjadi imam. Selanjutnya Mgr. Antonio juga menegaskan bahwa kesaksian dan teladan hidup sangat menentukan dalam pelayanan, “Ketekunan dan kerajinan anda membuat umat juga tekun dan rajin, kesucian anda dapat menyucikan umat.” Demikian penegasan Mgr. Antonio bagi para imam baru dan kepada seluruh imam yang hadir.
Tabhisan imam baru kali ini menurut Mgr. Antonio sebagai Dubes Vatikan untuk Indonesia, merupakan pengalaman pertamanya menabhiskan imam sebagai uskup, sehingga menurutnya ini merupakan kesempatan iman yang penuh rahmat.
Selain itu pula, Rm. Yarid Cornelius Munah, Pr tercatat sebagai imam pertama dari pulau Semau, pulau kecil yang dihuni oleh mayoritas umat Protestan. Hal tersebut merupakan suatu kebanggaan yang luar biasa. Allah telah memilih hamba-Nya dari tempat yang terpencil dan kecil untuk berkarya di kebun anggur-Nya.
Kesan terharu dan bangga juga meliputi seluruh umat yang hadir dalam peristiwa iman ini, karena tampil di hadapan mereka putera-putera terbaik gereja yang sekian waktu telah menempuh prosos pendidikan calon imam, dinyatakan layak ditahbiskan menjadi imam, yakni sebanyak 24 orang. Jumlah yang termasuk banyak untuk tabhisan imam.
Mengakhiri perayaan ekaristi uskup Agung Kupang Mgr. Petrus Turang membacakan Surat Keputusan penempatan tempat tugas bagi imam projo yang baru. Selanjutnya, Gubernur NTT Bpk. Frans Leburaya turut memberikan motivasi dan dukungan bagi para imam baru.
Proviciat dan selamat menjalani imamat dalam karya pastoral, doa kami dari almamater tercinta tetap menyertai Romo sekalian dan kamipun berdoa bagi para imam misionaris, semoga tetap teguh dalam panggilan dan karya selanjutnya. (FrC/MN)

MISA BERSAMA PER KELOMPOK DIOSES

“Menjadi Imam Itu: Sebuah Proses”
Demikian pokok utama kotbah imam pemimpin misa Fratres Keuskupan Atambua, Rm.Theodorus Silab, Pr tertanggal 06 September 2011. Dalam kotbah, beliau menguraikan tentang bagaimana Yesus, Sang Guru memilih kedua belas rasul dari kalangan murid-murid-Nya. “Sebelum memilih kedua belas rasul, Yesus terlebih dahulu memiliki murid-murid. Dari antara para murid inilah, Yesus memilih dua belas orang yang kemudian kita kenal sebagai rasul. Pengalaman ini menunjukan bahwa menjadi rasul itu sesungguhnya harus melewati sebuah proses. Dengan ini kita juga dapat memahami bagaimana proses menjadi imam. Sesungguhnya menjadi imam itu sebuah proses. Setelah melalui proses yang cukup panjang, barulah seseorang dapat disebut sebagai imam Tuhan”, kata Romo Theo.
Sembari mengingatkan para frater keuskupan Atambua tentang proses menjadi imam, Ketua Jurusan Fakultas Filsafat Agama ini meminta para frater menyadari kalau mereka sedang dalam formasi menjadi imam. Dengan ini, beliau sesungguhnya mengharapkan para frater mengikuti dan sungguh menghargai seluruh proses menuju imamat suci.
Selain itu, dalam kata penutupnya sesaat sebelum berkat penutup, imam diosesan Atambua yang kini menjadi Moderator Fratres Keuskupan Atambua meminta para frater untuk menyadari betapa pentingnya budaya persiapan. “Ketika hendak melakukan sesuatu, betapa pun kecila dan sederhananya sesuatu itu, jangan lupa melakukan persiapan terlebih dahulu. Sebab persiapan itu dapat meminimalisir berbagai kelemahan dan kekurangan saat sesuatu dilaksanakan, sekaligus persiapan menghantar kita menuju kesuksesan dan keberhasilan yang luar biasa ”.
Sejauh pengamatan kami, perayaan ekaristi berjalan cukup hikmat. Seluruh frater terlibat dalam perayaan tersebut. Mudah-mudahan apa yang mereka dengarkan dari pemimpin perayaan ekaristi dapat dihayati sebaik mungkin. (Kapten A)

Sementara itu bertempat di Aula ST. St. Mikhael kelompok keuskupan Agung Kupang melaksanakan perayaan ekaristi kudus dipimpin oleh Rm. Patris.
Misa kudus ini diiawali dengan ibadat pagi bersama. Fratres tingkat I mendapat tugas sebagai sponsor keberlangsungan perayaan misa, dalam mempersiapkan teks-teks lagu, bernyanyi dan hal-hal liturgis lainnya. Begitu pula tingkat II, mempersiapkan ruangan dan selanjutnya tingkat III, membereskan kembali ruangan aula seperti semula. Rm. Patris sangat mengharapkan agar kebersamaan itu hendaknya dimunculkan dalam unio kecil, selama sebagai fratres. Sebab, setelah menjadi imam beragam konflik, peristiwa dan kejadian yang ada merupakan kelanjutan dari dasar yang ditanamkan selama di bangku pendidikan dasar, yakni seminari menengah dan seminari tinggi. Penyebabnya adalah kegiatan liturgi sebagai sumber dan puncak kehidupan kurang dihayati secara benar. “persiapan dan keikutsertaan untuk berpartisipasi aktif selama kegiatan liturgis masih lemah dari jati diri kita”, katanya. Sebuah introspeksi dan tantangan bagi fratres KAK. (9e_R)

Misa Kelompok Dioses Atambua