Pentingnya Relasi dalam Kehidupan Bersama

STSM, MN. Mengutip perkataan St. Paulus bahwa tidak ada orang yang hidup untuk dirinya sendiri tetapi bersama orang lain, Rm. Ande Kabelen, Pr menegaskan betapa pentingnya  relasi dalam kehidupan bersama. Hal ini di ungkapkan Praeses STSM ketika membuka konferensi pada Minggu, 6/11/2011, di kapela STSM.

Dalam Filsafat mengakui adanya realitas kebersamaan dengan yang lain. Bangku menjadi berarti ketika manusia yang mengartikan dan memfungsikannya sebagai bangku, selanjutnya saya menjadi berarti karena ada bersama orang lain, saya menjadi berkat bagi orang lain. Tidak ada yang hidup untuk dirinya sendiri tapi bersama orang lain, lanjut Romo menjelaskan maksud dari kebersamaan dalam kehidupan berkomunitas. Beliau juga memberi sebuah contoh pergelaran malam kreasi dari Fratres tingkat I menjadi berarti jikalau ada frater yang menontonnya. Romo juga menekankan bahwa orang lain juga membutuhkan kita, itulah gunanya dari kehidupan bersama. Karya kita menjadi berkat bagi sesama itulah tujuan dari kebersamaan. Beliau membandingkan positifnya kebersamaan itu dengan fakta negatif kebersamaan yang tidak sehat yaitu, terkadang berkat yang kita bawa untuk orang lain ternyata bukanlah berkat melainkan membawa kegagalan, kutuk dan racun bagi orang lain. Itu terjadi apabila diri kita tidak berlaku baik dan positif dalam menjalankan hidup, serta kurang menghayati nilai kebersamaan.

Kesemuanya itu menjadi mungkin apabila kita membiasakan diri untuk setia dalam hal-hal kecil. Bahwa untuk memperoleh hal yang besar dan gemilang dalam hidup haruslah melalui proses pembiasaan terhadap hal-hal yang kecil, seperti menjalankan aturan dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab serta mempunyai visi masa depan yang jelas, dan bagi kita ialah menjalani aturan hidup harian dan menyadari diri sebagai calon imam. Mengikuti aturan hendaknya penuh kesadaran bukan terpaksa, agar aturan itu melindungi kita.

Hal yang menjadi implikasi jelas terhadapa kesetiaan calon imam terhadap aturan ialah, menghasilkan hal-hal yang positif dalam mengembangkan diri, “usia para frater sekarang adalah usia produktif, maka manfaatkanlah untuk studi dan kegiatan ilmiah, serta olah rohani, sehingga kelak ketika terjun dalam dunia pastoral yang riil kita tidak kaget dan bingung.” papar Imam asal Kota Reinha ini.

Pertemuan ini ditutup dengan tanya jawab para fater dengan Rm. Ande berkaitan dengan kehidupan harian calon imam di seminari St. Mikhael.(FrC/MN)