Bekerja di Kebun

menanam jagung di kebun kita

“Menanam sekali lagi menanam, kalau bukan kita siapa lagi”, pekik salah seorang Farater pada hari kerja, Sabtu, 10 Desember 2011, di kebun umum STSM. Sore ini pekerjaan yang dilakukan agak lain, sistem tanam empat pohon pada satu dapur hasilnya tujuh per pohon. Maksudnya ialah menanam empat butir jagung pada empat lubang berbeda sesuai dengan arah mata angin, sebelumnya lubang tesebut telah diisi dengan pupuk organik berupa daun-daun kering yang telah disemprot dengan obat.

Rm. Jhon Subani, Pr yang turun langsung ke kebun untuk memberikan arahan dan cara kerja yang efektif, mengatakan bahwa hasil dari sistem tanam yang seperti ini sangat berlimpah, dalam setengah are saja kita bisa memperoleh hasil menembusi hitungan ton. Rm menambahkan bahwa, cara kerja dari sistem ini adalah, lubang yang telah digali kurang lebih 10 x 10 dengan kedalaman kurang lebih 10cm, diisi dengan daun-daun kering yang telah disemprot dengan obat dan pupuk, kemudian ditimbun dengan tanah, lalu dibuat empat lubang kecil tempat bibit jagung ditaburkan seturut arah mata angin, kemudian bibit jagung ditaburkan satu butir per lubang, jadi ada empat bibit jagung yang ditanam di sekitar lubang itu. Lubang tersebut dalam istilah Rm. Jhon adalah dapur bagi bibit jagung tersebut. Tempat bibit jagung memperoleh makanan.

Ketika ditanya apakah efektif atau tidak menanam dengan sistem semacam ini, Rm mengatakan “Hal tentu saja efektif. Coba perlubang ada empat bibit jagung dikali empat pohon dan dikali tujuh setiap pohon yang maksimalnya akan menghasilkan tujuh puler jagung, hasilnya biar areanya kecil tetapi dapat menembusi hitungan ton, namun karena ini kali pertama dan tanamnya sudah agak terlambat maka tentunya tahun pertama ini hasilnya kurang dari itu”.

Para farter bekerja dengan senang hati karena dirasa baru dengan sistem tanam yang seperti ini. Seorang frater yang ditemui wartawan MN yang tidak mau disebutkan namanya berkomentar “Kalau sistemnya seperti ini berarti hasil panen tahun ini akan melebihi panenan tahun yang sudah-sudah, maka akan ada pesta kebun.”

Memang terlihat prosesnya tidak telalu rumit, yang diperlukan adalah pupuk kompos yang diambil dari taman sekitar seminari dan lahan yang cukup untuk menanam, mengenai kesuburan tanah diatasi dengan bantuan pupuk yang telah disediakan. Bibit yang digunakan juga merupakan bibit yang berkelas dan unggul.

Para frater telah banyak memperoleh ilmu dalam pertanian yang kelak akan diterapkan pada salah satu bidang  pastoral. Terimakasih Rm telah mengajarkan cara efektif dan murah dalam menanam jagung. Jadi, para frater belajarlah dan temukan inovasi baru dalam bercocok tanam. (FrC/MN)

 

Miskin, Taat dan Murni

Pada hari minggu Adven Pertama, bertempat di Kapela STSM  27/11/11 Romo Prefek, Rm. Herman Punda Panda, Pr memberikan pembinaan menyangkut keutamaan-keutamaan Injili yaitu: Kemiskinan, Ketaatan dan Kemurnian. Kenyataan menunjukkan bahwa persiapan yang setengah-setengah harusnya ditinggalkan. Butuh kesiapan bathin, latihan dan kerelaan diri untuk diatur, sebab ini akan dijalani seumur hidup bagi imam dan calon imam.

Kerohanian, disiplin hidup dan kemurnian motivasi adalah peletak dasar yang membingkai seluruh keutamaan injili itu. Seorang calon imam dan imam sungguh diterima, dihormati, dan disegani umat bila ia konsisten dalam menghayati ketiga hal tersebut. Jika tidak, tak ada tempat di hati umat. Pribadi seorang calon dan Imam adalah pribadi yang mistik, sebab di dalam mereka rahmat Kasih Allah disalurkan, dan diteruskan. Kitab Suci, teologi dan tradisi turut membentuk dan menjaga kelangsungan semangat Injili. Sikap kesederhanaan mengajak seorang calon imam dan imam untuk bersikap terbuka, bebas dari kerakusan akan harta dan kekayaan duniawi, tahu diri dan selanjutnya menggantungkan diri pada Allah. Di lembaga pendidikan calon imam inilah yang menjadi tempat pembentukkan diri yang bermental kesederhanaaan. Ketaatan pun berhubungan erat dengan kesederhanaan. Untuk menjadi taat, tidak terjadi sekali. Namun, bermula dari kesungguhan yang datang dari hati, memberi diri untuk taat, dilatih terus-menerus, dan disiplin diri. Dan selanjutnya, kemurniaan menjadi berarti ketika menahan diri akan rayuan duniawi yang menyenangkan. Kita membutuhkan sebuah kematangan psikologi terhadap tawaran-tawaran demikian.

Masa adven, masa berbenah dari kesalahan supaya bertobat dan kembali pada jalan yang benar. Ketika kehidupan seorang calon imam dan imam tidak lagi menghayati keutamaan-keutamaan itu, sebaiknya dengan terhormat merelakan diri untuk pamit dan meninggalkan lembaga tercinta Seminari Tinggi St. Mikhael ini.(9e_eR/MN)